apakah lebih efektif bertransaksi dengan e-money


Bank penerbit uang elektronik mempertimbangkan model bisnis baru uang elektronik agar lebih menarik bagi penerbit.
Direktur Digital Banking dan Teknologi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Rico Usthavia Frans mengatakan bank-bank penerbit uang elektronik yang tergabung dalam Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) telah berdiskusi dengan Bank Indonesia mengenai konsep pembagian investasi terkait dengan infrastruktur alias infrastructure sharing.
Dengan konsep ini, bank penerbit dapat membagi biaya investasi pengadaan infrastruktur dengan bank lainnya sehingga dapat menekan biaya. Bank pemilik infrastruktur yang sudah ada dapat membagi biaya pemeliharaan dengan bank lain yang memanfaatkan infrastruktur yang dimilikinya. Demikian pula, bank dapat memangkas biaya investasi karena saling berbagi dengan bank lain.
“Sehingga bank-bank issuer uang elektronik bisa pakai infrastruktur yang sudah ada,” tuturnya, Minggu (28/5/2017).
Bank Mandiri membidik pertumbuhan nilai transaksi dan jumlah kartu uang elektronik sebesar 30% dibandingkan tahun lalu.
Adapun, volume transaksi uang elektronik di emiten perbankan berkode saham BMRI itu pada akhir 2016 tercatat sebanyak 400 juta transaksi. Sementara itu, jumlah kartu uang elektronik pada periode yang sama adalah sebanyak 9 juta kartu.
E-Money, produk uang elektronik yang dilincurkan Bank Mandiri pada 2009 lalu mencatatkan nilai transaksi senilai Rp300 miliar per bulan per Desember 2016, dengan jumlah transaksi sebanyak 30 juta kali.
Kenaikan volume maupun jumlah transaksi E-money didorong kerja sama dengan proyek-proyek infrastruktur dan sektor transportasi seperti tol dan kereta api dengan pangsa pasar 65%. Uang elektronik terbitan Bank Mandiri juga dapat digunakan untuk bertransaksi di 949 merchant dengan jumlah outlet lebih dari 52.000 unit.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan ajukan komentar anda